Pernyataan Sikap Terhadap Anggapan Sesat ASWAJA dan Pencemaran Nama Baik Terhabap SEMA FAI


Assalamualaikum wr.wb.
Dik,tadi  adik sudah liat bagaimana pemahaman senior adik di BEM.sejatinya Al-qur’an dan assunnah menjadi petunjuk yang manusia terikat dengan hukum2 Allah tetapkan dan manusia tidak berhak memaksakan dalil mengikuti keinginan manusia,tp sebaliknya hawanafsu qt dipaksa untuk tunduk kepada wahyu sehingga kita menjadi org yang takwa,sedangkan senior ade’di PMII hampir saja membolehkan semua yang tidak boleh.knp ? karena aliran mereka AHLUSUNNAH WALJAMA’AH sesungguhnya adalah aliran yang BATIL  sama dengan jabariah n muktazilah untuk itu kami siap menjelaskan ke 3 aliran ini.klo ade2 punya waktu silahkan hubungi kami syukran JZK  khoir !!!
(………)
UKM LDK LDM UMI
Pernyatan ini adalah jawaban terhadap serangan salah seorang Oknum lembaga dakwah kampus (LDK-LDM) melalui pesan singkat yang telah mengeluarkan statemen bahwa MAHASiSWA FAI dalam hal ini pengurus senat mahasiswa (SEMA) FAI, telaH Mengajarkan ajaran ASWAJA (Ahlusunnah waljama’ah ) yang dibawa oleh IMAM AL-Asy’ari dan ABU MANSUR AL-MATURIDI adalah ajaran yang bathil dan sesat,pernyataan mereka adalah sebuah pernyataan yang sangat tidak etis dilakukan oleh seorang muslim/miuslimah yang berkecimpung dilembaga dakwah kampus. Sikap ini kami kecam dengan keras lantaran kami anggap telah melecehkan dan mencemarkan nama baik lembaga SENAT MAHASISWA FAI karena telah menghukumi dengan pentakfiran (pengkafiran) terhadap pemahaman seseorang yang juga membawa bias terhadap lembaga yang ada di lingkup KABAMA FAI UMI. perlu khalayak tahu bahwa lahirnya statemen mereka lantaran merasa tidak puas dengan diskusi “ASWAJA  dan Problematika perempuan” yang dilaksanakan oleh beberapa orang sahabatwati pengurus senat FAI pada hari jum’at 25 november pukul 11.30 yang bertempat disenat mahasiswa FAI lantai 2, sebuah sikap yang seharusnya disikapi dengan cara yang bijak dalam memaknai khilafiah tapi justru sebaliknya yang dilakukan oleh mereka bukannya menyelesaikan dengan dialog secara akademik tapi malah melakukan black campaign, oleh karena itu berdasarkan hasil rapat KABAMA FAI kami dari senat MAHASISWA secara kelembagaan mengeluarkan pernyataan ini dan menyatakan sikap
1.mengecam tindakan oknum lembaga dakwah kampus ( LDK-LDM ) dengan adanya sikap pentakfiran dan black campaign terhadap lembaga KABAMA FAI
2.Menghimbau kepada seluruh mahasiswa yang mendapatkan statemen mereka, agar tidak terpengaruh dan kami secara kelembagaan siap untuk melekukan DIALOG terbuka jika ajaran ASWAJA (ahlusunnah waljama’ah) yang kami anut adalah sesat sebagai jawaban atas sikap yang dilakukan oleh teman-teman yang berbeda faham dengan kami.
3.Kami secara kelembagaan akan memboikot segala bentuk kegiatan dalam bentuk apapun yang dilakukan LDK-LDM dilingkungan FAI sampai adanya kejelasan serta permintaan maaf secara tertulis dan lisan terhadap KABAMA FAI Khususnya dan mereka yang menganut paham Ahlu Sunnah wal Jama’ah umumnya.


  TTD 
KABAMA FAI

Read More

Benarkah Ahlu Sunnah wal Jama'ah Sesat ??

Assalmu’alaikum Wr. Wb.

Alhmdulillahirabbil ‘alamin… puji syukur kepada Allah yang telah memberikan segala Karunia, yang memelihara indahnya perbedaan dan yang mengukuhkan iman di hati para hambaNYA. Salawat dan Salam kepada Baginda Muhammad Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta pengukut beliau. Dan semoga syafa’atnya mengalir untuk kita semua di Yaumil Akhir nanti. Amin.

Sahabat-sahabatku yang di Rahmati Allah SWT..Coba baca teks dibawah ini..

assalamu’alaikum wr.wb
dik, tadi adik sudah liat bagaimana pemahaman senior adik di BEM. Sejatinya Al Quran dan as sunnah menjadi petunjuk yg terikat dgn hukum2 yg ALLAH tetapkan. Dan semua tdk berhak memaksakan dalil mengikuti keinginan manusia, tp sebaliknya hawa nafsu qt di paksa untuk tunduk kepd wahyu sehingga qt mnjd org yg takwa. Sdgkn senior ade di PMII hampr sj membolehkan smua yg tdk boleh. knp? Krn aliran mrk AHLU SUNNAH WAL JAMAAH ssungguhnya adlh aliran yg BATIL sm dgn jabariyah n mutazilah. unk itu kami siap mnjelskn ke 3 aliran ini. Klo ade2 punya waktu silhkn hbungi kami.
Syukran jzk khoir!!
(……)
UKM LDK LDM UMI

Teks di atas adalah Pesan singkat yang di sebarkan oleh seorang yang sengaja kami tidak sebutkan namanya. Oknum yang menyebarkan pesan singkat hampir ke seluruh mehasiswa FAI angkatan 2011 ini adalah seseorang dari UKM Lembaga Dakwah Kampus (yang tertera di dalam teks). Pesan singkat ini mereka luncurkan setelah menghadiri kajian yang kami adakan bersama sahabat-sahabat pengurus SEMA FAI, jumat, 25 november lalu. Mereka menuduh bahwa kami mengajarkan ajaran sesat (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) pada kajian yang kami adakan yang saat itu bertemakan ‘ASWAJA & Problematika Perempuan’. Sungguh ini tuduhan yang tidak benar. Berikut kami sedikit menjelaskan tentang ASWAJA, agar sahabat (wati) sekalian tidak salah kaprah dalam memahami dan memaknai Ahlu sunnah wal Jama’ah.

Ahlu Sunnah wal Jama’ah (ASWAJA). Tentu bukan sesuatu yang asing untuk kita dengar. Syekh Abi al Fadhl bin ‘Abdussyakur menyebutkan di dalam Al Kawakib al Lamma’ah, “Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah Orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq hati”. (Al Kawakib al Lamma’ah, hal 8-9). Ini semua sesuai dengan pengertian secara istilah yaitu kata Ahl yang berarti kelompok, golongan, atau pengikut. Al Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maksudnya, semua yang datang dari Nabi Muhammad SAW, berupa perbuatan, ucapan, dan pengakuan Nabi Muhammad SAW. (Fath al Bari, juz XII, hal 245). Sedang Jama’ah , yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada masa al Khulafa’ al Rasyidun (Khalifah Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, utsman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib RA). Jadi ahlu sunnah wal jama’ah merupakan ajaran yang mengikuti semua yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang tentunya tidak mungkin terlepas dari Al Qur’an.
Ahlu sunnah memiliki 3 prinsip, yakni :
1.       Tawasut ( sikap tengah-tengah, sedang – sedang, tidak ekstrim kiri maupun ekstrim kanan) sesuai dalam QS. Al Baqarah : 153,
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas ( sikap dan Perbuatan) kamu sekalian”
2.       Tawazun ( seimbang dalam segala hal termasuk didalam menggunakan dalil aqli dan naqli) (QS. Al Hadid : 25). Tidak rasionalis dan tidak tekstualis. Namun diantara keduanya, yaitu seimbang.
3.       I’tidal (tegak lurus) (QS Al Maidah : 9). dalam soal Aqidah, ASWAJA bukan Jabariyah ( menganggap manusia tidak memiliki daya apa-apa kecuali takdir Allah) ataupun Qadariyah ( manusia memiliki kekuatan penuh atas dirinya), bukan Mujassimah ( Allah SWT memiliki anggota tubuh dan sifat seperti manusia) atau Mu’aththilah (tidak mengakui adanya sifat bagi Allah SWT) dan aliran lain sebagainya.

Dari ketiga prinsip ini, jelas bahwa sikap Ahlu sunnah Wal jama’ah berada dalam sikap tengah serta berimbang dalam setiap persoalan. Ahlu sunnah jelas bukan Jabariyah ataupun Qadariyah, karena ASWAJA mempercayai ada ketentuan Allah yang tidak dapat diubah oleh manusia, namun ada ketentuan Allah yang masih bisa diubah dengan Kasab (usaha) seperti kisah Umar bin Khattab. Ketika itu, Umar bin Khattab berdiri di bawah sebatang pohaon. Kemudian pohon iti tumbang ke arah Umar, namun karena Umar menghindar, Pohon tersebut tidak menimpanya. Lalu bertanyalah seseorang yang menyaksikan kejadian tersebut “Wahai Umar, mengapa kamu menghindar ? bukankah itu adalah takdir Allah kepadamu bahwa pohon tu ditakdirkan untuk menimpamu ?” lalu Umar menjawab “Bukankah saya mempunyai usaha untuk menghindar ? kalaupun saya sudah menghindar lantas pohon itu masih menimpa saya, itulah takdir Allah kepada saya”. Dan juga kami bukanlah Mu’tazilah seperti yang dituduhkan, karena ASWAJA menggunakan dalil aqli dan naqli secara seimbang. Mu’tazilah adalah kelompok atau aliran yang di cetuskan oleh Wasil bin ‘Ata’ yang mengedepankan akal daripada wahyu. Sedang kami, dengan konsep tawazun, kami memahami wahyu dengan menggunakan akal, namun ketika akal tidak dapat mencapai wahyu, maka akal harus tunduk kepada wahyu.

Ahlu Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Islam mempunyai 3 sendi ajaran, yaitu :
1.       Iman atau tauhid, atau yang biasa disebut dengan Aqidah. Dalam hal ini ASWAJA mengikuti Abu al Hasan Ali bin Ismail al Asy’ary yaitu seseorang yang bermadzhab syafi’i. dan Abu manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al Maturidi yang bermadzhab hanafi seperti dalam Kitab al Tauhid,7. Meskipun Imam Asy’ary lama belajar tentang mu’tazilah karena ayah tirinya al Jubba’I seorang pemimpin mu’tazilah, namun dalam perenungannya selama 15 hari, dan banyak berdialog dengan ayah tirinya, Beliau banyak menemukan celah tentang mu’tazilah sehingga beliau kembali pada ajaran islam yang murni, ajaran yang digariskan oleh Rasulullah SAW. Beliau mengajak semua orang untuk kembali pada ajaran islam dan menanggalkan ajaran mu’tazilah dengan menanggalkan pakaiannya saat itu sebagai simbolnya. Sebab itulah Imam Asy’ary disebut sebagai Nasrusunnah yang artinya penyelamat sunnah, atau penyelamat ajaran Rasulullah. Sehingga dari situlah banyak ulama yang mengikutinya seperti Imam Nawawi (pengarang kitab Riyadh al Shalihin), Syaikh Ibn Hajar al Asqalani (penulis kitab Fathl al Bari Syarh Shahih al bukhori serta Bulugh al maram) dan masih banyak lagi ulama besar lainya.
2.       Islam atau fiqh atau Syariat. Di sini ASWAJA mengikuti empat imam Madzhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad bin Hambal.
3.       Ihsan , Tasawuf, atau yang disebut dengan Akhlaq. Dalam segi ini, ASWAJA mengikuti pendapat Imam Al Ghazali dan Imam Junayd al Baghdadi.


Merumuskan tiga sendi ajaran islam yang berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan salah satunya ini tidaklah sebarangan. Ketiga sendi ini di ambil dari Sabda Rasulullah SAW, yaitu :
“ Dari Umar bin Khattab RA, “pada suatu hari kami berrkumpul bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam. Tidak kelihatan tanda-tanda kalu dia melakukan perjalanan jauh, dan tak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Laki-laki itu kemudian duduk di hadapan Nabi SAW sambil menempelkan kedua lututnya pada lutut Nabi SAW, sedangkan kedua tangannya diletakkan diatas paha Nabi SAW. Laki-laki itu bertanya, “Wahai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang islam”, Rasulullah SAW menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT., mengerjakan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan kamu haji ke baitullah jika kamu sudah mampu melaksanakannya”. Laki-laki itu menjawab “Kamu benar”. Umar berkata, “Kami heran dengan laki-laki tersebut, ia bertanya tapi ia sendiri yang membenarkannya.” Laki-laki itu bertanya lagi “Beritahukan aku tentang Iman”. Nabi SAW menjawab “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari kiamat dan qadar Allah baik dan buruk”. Laki-laki itu menjawab , “Kamu benar”. Kemudian laki-laki itu bertanya lagi “Beritahukan aku tentang ihsan” Nabi Muhammad SAW menjawab “Ihsan adalah kamu menyembah Allah SWT seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihatmu” lai-laki itu menjawab “kamu benar” kemudian laki-laki itu bertanya lagi “Kapankah datangnya hari kiamat ?” Nabi SAW menjawab “ sesungguhnya yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya.” Kemudian orang itu pergi. Kemudian Rasulullah bertanya kepadaku “Wahai Umarsiapakah orang yang datang tadi ?” Aku menjawab “Allah SWT dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda “Sesungguhnya orang itu adalah Malaikat Jibril AS. Ia datang kepadamu untuk mengajarkan agamamu”. (Shahih Muslim, 9)

Hadits diatas memanglah sebuah hadits ahad yang sangatlah jelas dan terpercaya perawinya. Meskipun ada golongan yang tidak menerima hadits ahad sebagai landasan Aqidah, namun hadits ini jelas-jelas patut digunakan sebagai landasan yang bukan saja hanya untuk Aqidah tetapi juga syariat, dan akhlaq.

Sahabat-sahabat (wati) Yang dikasihi Allah SWT..

Semakin jelas Ahlu  Sunnah wal Jamaah bukanlah ajaran baru, apa lagi dikatakan sesat, mu’tazilah maupun jabariyah. Sekali lagi ajaran Ahlu sunnah wal Jama’ah adalah ajaran yang mangikuti Rasullullah SAW dan sahabat-sahabatnya.  Bukan sebagai aliran yang menyimpang, tapi justru berusaha menjaga dari beberapa aliran yang berusaha mencerabut ajaran islam dari akar pondasinya semula.

Kami dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia sebagai golongan yang mengkuti Ahlu Sunnah wal Jama’ah, sangat menghargai adanya perbedaan pendapat dan pandangan yang ada. Namun kami sangat kecewa dengan adanya pencemaran dan pelecehan atau tudingan sesat terhadap ajaran yang kami anut (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) oleh mereka yang tidak sepakat dengan pandangan kami. Mereka yang berkecimpung di Lembaga dakwah yang semestinya tahu bagaimana cara berdakwah di dalam islam (dengan berdialog (baca QS An Nahl : 125), bukan dengan menyebarkan pendapat, yang bersifat menghasut).

Sebab itulah, kami bersaran. Untuk sahabat-sahabatwati sekalian…
Untuk mengetahui dan menilai suatu, sebaiknya mempelajari dan mencari tahu secara keseluruhan, tidak setengah-setengah atau parsial dalam memandang, dan mencari sumber yang jelas.

Sekali lagi, Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah ajaran yang mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, dan sama sekali bukan Jabariyah, mu’tazilah atau aliran yang dianggap menyimpang lainnya.

Tangan Terkepal dan Maju ke Muka
Wallahul Muaffieq Ilaa Aqwamiet Thawieq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


PMII RAYON FAI UMI Makassar

Read More

Ajaran Baru para Kawan Baru

Selamat datang kepada sahabat dan sahabatwati mahasiswa fakultas agama islam UMI Makassar...

Meski tidak seperti di fakultas lain,, yang mahasiswanya seabreg,, kita harus tetap semangat... fakultas kita yang paling tua di umi dan kali ini menurut kabar hanya dimasuki 121 orang mahasiswa (i), tapi kita harus yakin,,Biar sedikit,,kita tetap bisa eksis...

Setiap ilmu tergantung dari yang ingin mengembangkannya,,kalo emang niat,,,dimanapun kita kuliah...setiap cita-cita akan terwujud,,,asalkan sungguh-sungguh...katanya...Manjadda wa jadda...

Teringat kata-kata seorang sahabat,, ( Bukan sahabat Rosul sich,,sahabatku..!! : D ) Kalo kuliah jangan ditujukan dapat kerjaan setelah wisuda,,,tapi cita-citakanlah untuk membuka pekerjaan setelah selesai...
insya Allah...suksesnya dunia akhirat...tapi pekerjaan yang berkah ya,,,!! hehe

untuk mencapai itu semua tentunya kita tak boleh hanya jadi mahasiswa 3K...Kampus Kos Kampung...hdup gak bermakna cuy...carilah ilmu yang bertebaran diluar sana... Stok organisasi yang siap membantu kamu berproses gak kurang koq...tuuhh...!! yang  ada di foto laman ini jg ada Koq...hehehe ( promosi dikit )

Temen-temen yang calon pendidik...mudah-mudahan setelah selesai nanti semuanya bisa mendidik generasi baru tentang semua kebenaran...ajarkan mana baik dan mana buruk kepada anak cucu nantinya...

Yang calon Hakim dan Ekonom...Tunjukkan kepada dunia tentang suatu keadilan dan kejujuran...
karena dunia ini tak kan nampak indah ketika tertutupi ketimpangan dan kebohongan..

Gimana nieh dengan yang calon pendakwah dan jurnalis ??
tunjukkanlah kawan..buka mata jagad raya ini..tentang sesuatu yang tertutupi...kabarkan suatu kebahagiaan karena itulah tuntunan Sauritauladan...tak perlu takut pada kejamnya dunia... karena saat kau besar..maka dunia yang akan takut padamu..


Chayooooo mahasiswa FAI....^^

Hmm...bukan maksud hati mau diskriminasi...
Sebenarnya emang ini blog pribadi...tapi berhubung lagi lupa alamat blog umum...
dan kebetulan Ay juga anak PMII...gak papa deh yaa...nyelip"in foto ini...hihihihi....^^

Read More

Indra Gunawan - Indra Cakrawala, Memorian of 9 Agustus 2011

Manusia memang benar-benar makhluk yang lemah meski terkadang angkuh seakan-akan dialah makhluk terkuat. Siapapun takkan kuasa menolak ajakan izroil tuk menghadap Tuhannya. Tidak dirinya sendiri, tidak orang tua, tdak saudara dan tentu tidak pula sahabatnya. 
Andai aku diberikan kelebihan melihat waktu masa datang dan mampu bercakap dengan izroil, mungkin akukan  memohon "Jangan cabut nyawanya, karena kami masih membutuhkannya, karena dia adalah sahabat kami,," . Tapi apalah daya, empat ketentuan Tuhan, Rezeki, jodoh, Hidup dan Mati, tak kan bisa ada yang merubah, kecuali Yang Maha Kuasa sendiri. 
Dia Indra Gunwan. Seorang wartawan pers Cakrawala di kampus Hijau di Makassar, yang tak bisa dikatakan berhubungan jauh dengan organisasiku. Yang tak kan pernah bisa dilupakan, Hampir saban hari wajahnya selalu muncul di hadapan sekretariat. tentunya dengan gaya khasnya sendiri. berpakaian hitam-hitam, membawa tas eager kecil yang juga berwarn hitam. Datang dengan sapaan khasnya terhadapku "Annelies..Mukhlis.." yah, meski namaku sama sekali tak ada hubungannya dengan mukhlis, tapi tittle ini selalu ia sandingkan. Seperti itulah ia ketika bertemu, dan hanya ku jawab dengan senyum atau dengan bertanya " mana Ekha, Kak ??".
Dia memang pacar Ekha, salah satu sahabatku. mereka selalu terlihat serasi. :)
Tapi mungkin Tuhan tek mengizinkan mereka berjodoh menjadi pasangan selamanya hingga masa tua. Hari ini tepat tanggal 9 agustus 2011, kabar buruk tersampaikan di telingaku. saat itu setelah sahur untuk puasa di ramadhan hari ke sembilan, sebuah pesan masuk di kotak chatku, mengabarkan bahwa Indra telah berpulang. tentu saja aku tak lengsung percaya. terlebih lagi sangat kuketahui bahwa, mereka di pers kampus sangat senang dengan guyonan-guyonan yang seperti itu. Tapi entah kenapa, Dedy yang saat itu mengabariku, begitu meyakinkan aku dengan beritanya, dengan memperlihatkan comment kawan-kawan sefakultas Indra. Masih tak percaya juga, segera ku tanyakan kabar ini kepada mereka. Ternyata kabar ini tak salah. terlebih lagi setelah mendapat kabar dari Kak Amri, bahwa berita ini memang benar karena info ini langsung dari keluarga Indra. 
Aahh, rasanya aku tak memiliki tulang. Sekujur tubuh ini lemas menahan ketidak percayaan atas kenyataan. terlebih langi ditambah dengan kebingungan bagaimana harus mengabarkan berita ini kepada Ekha. Ya Tuhn, mengapa begitu cepat..?? kini ku buka Facebook. seluruh komunitas Pers hanya membicarakan masalah Indra. aku masih merasa ling-lung mendengar kabar ini. saat itu langsung ku kabarkan ke sebagian teman-temanku. Dan aku meminta tolong mereka untuk memberitahukannya kepada Ekha. 
Ya Tuhan. begitukah jalanmu untuknya ?? begitu cepat. Aku kehilangan sahabatku. Dan aku sangat mengerti bagaaimana perasaan Ekha yang harus kekasihnya.
Tuhan, berikan jalan terbaik untuk arwahnya yang telah kembali kepadamu. dan berikan ketabahan kepada mereka yang ditinggalkan.
Selamat jalan kawan !! Semoga engkau mendapat tempat terindah di sisi-Nya. 
Meski kau telah jauh disana, engkau tetap hidup selamanya di hati kami. 
Dan saksikan kami berjuang, melanjutkan perjuangan kita. Dan iringi perjuangan kami untuk menang..

Read More

AKSI MASSA TAN MALAKA - IKHTISAR TENTANG RIWAYAT INDONESIA Bag 2

5. Tarunajaya
Sebagaimana di Kerajaan Roma dan Tiongkok, gundukan pengendali pemerintahan yang tidak mencocoki kebenaran di ibukota disapu oleh kekuatan baru dari daerah; demikianlah, darah Kerajaan Mataram akan dibersihkan dan dikuatkan oleh Tarunajaya serta kawan-kawannya.
Seorang putera Indonesia datang dari Makasar yang mengetahui jiwa (psikologi) rakyat Jawa mendapat pengikut yang besar, serta berhasil mengalahkan Raja Mataram yang keluar dari garis kebenaran itu. Pulau Jawa khususnya dan Indonesia umumnya akan mempunyai riwayat lain bila tidak datang satu kekuasaan baru di Pulau Jawa. Ramalam Empu Sedah yang lain sekarang seakan-akan terbukti, "Pemerintahan bangsa asing, yaitu kerbau putih yang bermata seperti mata kucing" (kebo bule siwer matane).
Dengan datangnya kekuasaan Belanda lenyaplah segala sesuatu yang menyerupai kemerdekaan. Pengaruh bangsa asing dan percampuran darah dengan bangsa Asia lain-lain menyebabkan gencetan yang sebuas-buasnya. Sekalian hak-hak ekonomi dan politik "ditelan" bangsa itu (Belanda) dengan kekerasan dan kecurangan, seperti yang belum pernah dikenal oleh bangsa Indonesia! Pemerasan yang serendah-rendahnya (kebiadaban) serta kelaliman menjadi kebiasaan setiap hari!
Tarunajaya tak dapat melawan kekuasaan Belanda yang memakai senjata asing (Barat). Maka kucing melihat keadaan ini dan untuk pertama kali dipergunakanlah jalan politik devide et impera, memecah-belah dan menguasai, yang mashur itu. Sesudah Raja Mataram berjanji kepada Kompeni Hindia Timur untuk memberikan kekuasaan dan tanah, mulailah setan-setan itu bekerja.
Panembahan di Madura, seorang kawan dari Tarunajaya, disumbat oleh Kompeni Hindia Timur dengan mas intan dan perkataan yang manis-manis hingga mereka dapat bergandengan. Sekarang Tarunajaya berdiri di antara "tiga api": Belanda, raja dan kawan lamanya. Inilah yang menyebabkan kalahnya Tarunajaya dengan disaksikan oleh Kompeni Hindia Timur sendiri!
Kerajaan Mataram yang tak semanggah itu mendapat "kemenangan" atas sokongan yang tak langsung dari Kompeni, namun suatu hal yang tak semanggah itu lambat laun akan menjadi kenyataan juga seperti yang terbukti pada akhirnya.
6. Diponegoro
Jalan raya dari Anyer ke Banyuwangi yang mesti mempertalikan daerah-daerah yang dirampok itu dibangun oleh Gubernur Jenderal Daendels dengan cucuran peluh dan taruhan nyawa orang Jawa. Dengan adanya jalan itu, proses penanaman kapital jadi teratur. Tetapi proses itu tidak secara sukarela diterima oleh bangsa Indonesia. Ia adalah satu proses paksaan dan tidak menurut undang-undang alam. Saudagar di bandar-bandar didesak. Pelayaran dimonopoli oleh Belanda, bumiputra dilarangnya mempunyai hak milik. Pemasukan katun dari Barat yang murah harganya menghancurkan industri dan perdagangan, baik yang kecil maupun yang sedang. Borjuasi Jawa atau setengah Jawa dapat meneruskan langkahnya, yakni perjalanan antara feodalisme menuju kapitalisme. Akan tetapi, ia diperas sampai kering, oleh kapital Barat dan perangkatnya; begitulah feodalisme Mataram yang hampir tenggelam itu.
Seorang anak jantan dengan kemauannya yang keras seperti baja, berpengaruh laksana besi berani, yakni seorang laki-laki yang di dalam dadanya tersimpan sifat-sifat putera Indonesia sejati, tak berdaya mengubah nasib yang malang itu. Jika Diponegoro dilahirkan di Barat dan menempatkan dirinya di muka satu revolusi dengan sanubarinya yang suci itu, boleh jadi ia akan dapat menyamai sepak terjang Cromwell atau Garibaldi. Tetapi ia "menolong perahu yang bocor", kelas yang akan lenyap. Perbuatan-perbuatannya, meskipun penuh dengan kesatriaan, dalam pandangan ekonomi adalah kontra-revolusioner. Dan sangat susah dipastikan, macam apakah Diponegoro dalam pandangan politik, sebab tak dapat disangkal lagi bahwa cita-citanya adalah "Singgasana Kerajaan Mataram". Satu kekuasaan yang mudah berubah menjadi kelaliman.
Diponegoro menunjang kesuburan modal serta perluasan jalan. Karena itu, ia menghalang-halangi kenaikan penghasilan atau secara ekonomi, kontrarevolusioner. Tak pernah kita baca bahwa ia menentang kapital-imperialistis dengan menghidupkan kapital nasional. Pendeknya, ia tidak mempunyai program politik atau ekonomi. Ia merasa didesak oleh kekuasaan baru dan setelah dia lihat bahwa kekuasaan baru itu mempergunakan kekuasaan Mataram yang bobrok itu sebagai alat, maka kedua musuh itu pun diterjangnya.
Sekiranya Pulau Jawa mempunyai borjuasi nasional yang revolusioner, Diponegoro dalam perjuangannya melawan Mataram dan Kompeni pastilah berdiri di sisi borjuasi itu. Dengan begitu niscaya dapatlah tercipta suatu perbuatan yang mulia dan pasti. Tetapi itu tak ada, borjuasi yang berbau keislaman dalam lapangan ekonomi dihancurkan oleh kapital Belanda sama sekali. Dalam kekecewaan yang hebat terhadap Mataram dan Kompeni, dapatlah ia mempersatukan diri di bawah pimpinan Kyai Mojo, seorang ahli agama Islam yang fanatik dan bersemboyan "Perang Sabilullah", bukan kebangsaan.
Menarik satu kesimpulan terhadap pemberontakan Diponegoro bukanlah satu pekerjaan yang mudah. Karena hal ini sesungguhnya perjuangan kaum borjuasi Islam Jawa menentang kapital Barat yang disokong oleh satu kerajaan yang hampir tenggelam (Mataram).
Akibatnya sungguh jelas. Tak ada seorang pun mampu, bagaimanapun pintarnya, menolong satu kelas yang lemah, baik teknik maupun ekonomis melawan satu kelas yang makin lama makin kuat.
Satu kelas baru mesti didirikan di Indonesia untuk melawan imperialisme Barat yang modern.
Apakah kesimpulan dari riwayat-riwayat yang tersebut di atas?
Pertama, bahwa riwayat kita ialah riwayat Hindu atau setengah Hindu; kedua bahwa perasaan sebagai kemegahan nasional jauh dari tempatnya; dan yang penghabisan, bahwa setiap pikiran yang mencitakan pembangunan (renaissance) samalah artinya dengan menggali aristokratisme dan penjajahan bangsa Hindu dan setengah Hindu yang sudah terkubur itu.
Bangsa Indonesia yang sejati dari dulu hingga sekarang masih tetap menjadi budak belian yang penurut, bulan-bulanan dari perampok-perampok asing.
Kebangsaan Indonesia yang sejati tidak ada kecuali ada niat membebaskan bangsa Indonesia yang belum pernah merdeka itu.
Bangsa Indonesia yang sejati belum mempunyai riwayat sendiri selain perbudakan.
Riwayat bangsa Indonesia baru dimulai jika mereka terlepas dari tindasan kaum imperialis.

Read More

AKSI MASSA TAN MALAKA - IKHTISAR TENTANG RIWAYAT INDONESIA Bag 1

1. Pengaruh Luar Negeri
Riwayat Indonesia tak mudah dibaca, apalagi dituliskan. Riwayat negeri kita penuh dengan kesaktian, dongengan-dongengan, karangan-karangan dan pertentangan. Tak ada seorang jua ahli riwayat dari Kerajaan Majapahit atau Mataram yang mempunyai persamaan dengan ahli riwayat bangsa Roma kira-kira di zaman 1400 tahun yang silam, seperti Tacitus dan Caesar. Kita terpaksa mengakui bahwa kita tak pernah mengenal ahli riwayat yang jujur.
Paling banter kita cuma mempunyai tukang-tukang dongeng, penjilat-penjilat raja yang menceritakan pelbagai macam keindahan dan kegemilangan supaya tertarik hati si pendengar.
Tetapi meskipun demikian ada jugalah batas dari karangan-karangan dan putar-memutar kejadian yang sesungguhnya. Tak usah terlampau jauh kita langkahi batas itu, niscaya berjumpalah dengan intisari yang sebenarnya. Demikian jugalah dengan riwayat-riwayat negeri kita. Di antara kekusutan-kekusutan dalam karangan itu, terbayanglah kebenaran, tampaklah Kepulauan Indonesia, kerajaan-kerajaan dan kota-kotanya yang berdiri dan kemudian runtuh, laskar yang berderap-derap, berperang, kalah dan menang, kekayaan, kesentosaan, dan pasang-surut kebudayaan dan seterusnya. Tak dapat dipungkiri bahwa di Malaka, Sumatera dan Jawa berdiri negeri-negeri yang besar. Di Borneo Tengah pun ada satu kerajaan yang agaknya tak seberapa kurangnya dari Kerajaan Majapahit. Di sana berdiri kota-kota yang besar penuh dengan gedung dan perhiasan yang indah-indah, sebagaimana yang dibuktikan oleh barang-barang yang dijumpai di dalam tanah hingga waktu sekarang.
Dapat pula dipastikan, bahwa Indonesia belum pernah melangkah keluar dari masyarakat feodalisme, dan bahwa ia jauh tercecer dari feodalisme di Eropa. Bangsa Yunani jauh lebih tinggi dari bangsa Indonesia — dalam hal ini Majapahit bila kerajaan ini dianggap sebagai tingkatan yang setinggi-tingginya — dalam hal pemerintahan negeri, politik, ilmu hukum dan kebudayaan. Ya, rakyat Majapahit sebenarnya tak pernah mengenal cita-cita pemerintahan negeri. Berabad-abad pemerintahan itu bukan untuk dan milik rakyat. Perkataan: "Bagi Tuankulah, ya, Junjunganku, kemerdekaan, kepunyaan dan nyawa patik," pernah dan berulang-ulang diucapkan rakyat Indonesia terhadap raja-rajanya!! Di sana tak ada Orachus, Magna Charta dan tak ada pengetahuan yang diselidiki dengan betul-betul seperti yang dipergunakan Aristoteles, Pythagoras dan Photomeus. Pengetahuan mendirikan gedung-gedung dan ilmu obat-obatan kita masih dalam tingkatan percobaan. Keajaiban Borobudur kita tak seajaib segitiga Pythagoras, sebab yang pertama berarti jalan mati, sedang yang kedua menuntun manusia menuju pelbagai macam pengetahuan. Di manapun tak ada jejak (bekas-bekas) pengetahuan serta puncak kecerdasan pikiran!
Biarlah, tak usah kita ceritakan ilmu kebatinan Timur! Hal ini ada di luar batas pikiran; tambahan lagi bangsa Barat di Zaman Kegelapan (Abad Pertengahan) pun sudah mengenal itu. Lagi pula, kebatinan tidaklah bersandarkan kepada kebenaran sedikit jua, bahwa masyarakat kita senantiasa memperoleh dari luar dan tak pernah mempunyai cita-cita sendiri. Agama Hindu, Budha dan Islam adalah barang-barang impor, bukan keluaran negeri sendiri.
Selain itu, cita-cita ini tak begitu subur tumbuhnya seperti ke-Kristen-an di Eropa Barat. Mesin penggerak segenap pemasukan agama Hindu, Budha dan Islam sampai kepada masa kedatangan kapitalisme Belanda, serta semua perang saudara di waktu itu adalah berada di luar negeri. Indonesia adalah wayangnya senantiasa, dan luar negeri dalangnya.
2. Bangsa Indonesia yang Asli
Di zaman dahulu, tatkala bangsa Indonesia asli didesak oleh bangsa Tionghoa dan Hindu ke luar negerinya — Hindia-Belakang — dan melarikan diri ke Nusantara Indonesia, mereka telah mempunyai suatu peradaban. Pak tani di zaman itu menjelma menjadi bajak laut yang sangat buas dan ditakuti orang. Dengan Vintas (semacam perahu) kecilnya, mereka mengarungi seluruh kepulauan antara dua lautan besar, antara Amerika dan Afrika. Penduduk asli dari India dan Oceania ditaklukannya. Rimba raya hingga puncak gunung dijadikannya huma. Rumah yang bagus-bagus didirikannya, permainan dan pengetahuan dimajukannya. Tatkala bangsa Barat dan Timur menyembah kepada pedang Jengis Khan dan Timurleng serta lari ketakutan, waktu itu mereka bukan saja menentang, tetapi dapat pula mengundurkan laskar Mongolia. Bajak laut bernama Pakodato dari Kerajaan Singapura di Semenanjung Tanah Melayu pada tahun 500 dapat menggeletarkan Kerajaan Tiongkok dan Hindustan dengan angkatan armada serta pedangnya.

3. Pengaruh Hindu
Agaknya hawa tropika di lingkungan katulistiwalah, yang terutama menyebabkan teknik kita tak maju. Hawa yang subur dan melemahkan itu, serta sedikitnya penduduk, menjadikan kaum tani yang senang hidupnya itu, tinggal diam dan menerima, sedangkan kepulauan yang sangat banyak itu menarik hati penduduk di pantai-pantai, kepada perantauan dan pengalaman. Menurut riwayat dapat diketahui bahwa, sesudah dibawa pengaruh Hindu, kebudayaan mereka bertambah naik dan mereka mulai berkenalan dengan perampas. Kejadian itu berlangsung sesudah bangsa kita bercampur darah dengan penjajah-penjajah bangsa Hindu. Kini terbayanglah dalam benak kita kejadian-kejadian yang dapat digambarkan oleh kejadian-kejadian itu, yang membangkitkan tenaga terpendam itu jadi dinamis. Bukan oleh percaturan hidup kita sendiri (melawan atau antara kelas-kelas) maka penguraian kita perihal teknik kebudayaan feodalistis seperti tersebut di atas, tetapi disebabkan pengaruh yang datang dari luar.
Biarlah kita tinggalkan di sini perihal peraturan matriarchaat (pusaka turun kepada kemenakan) di Minangkabau yang berhubungan dengan keadaan alam dan kedudukannya yang terpencil. Dengan mendirikan demokrasi satu-satunya di Indonesia, kita tinggalkan pula riwayat Sriwijaya dan kerajaan lain-lain di Pulau Jawa, dengan menunjukkan garis-garis yang besar saja. Agama bangsa Indonesia, animisme, didesak oleh agama Hindu dan Budha, demikianlah kata orang kepada kita. Bangsa yang lebih pintar itu mengajarkan pemerintahan negeri, teknik kebudayaan yang lebih sempurna. Penduduk Pulau Jawa yang suka damai itu belum mempunyai pertentangan kelas dalam anti yang seluas-luasnya. Mereka tidak memberi kesempatan kepada pengikut-pengikut agama Hindu untuk mempertaruhkan kepercayaan mereka dalam sebuah pertentangan, yakni Hinduisme yang aristokratis dan Budhisme yang lebih demokratis. Ketajaman pertentangan agama, oleh masyarakat Jawa yang tidak mengenal kelas itu, dapat diredam. Sedikit atau banyak, semua filsafat Hindu diterima oleh penduduk Pulau Jawa yang asli. Siwa, Wisnu, dan dewa-dewa agama Budha yang di negeri asalnya satu dan lainnya bermusuhan serta berpisah-pisah, hidup bersama di Pulau Jawa dengan damainya.
Dalam hal yang seperti itu, Islam pun datang dan akhirnya mengambil kedudukan Hindu dan Budha.
Penduduk Jawa sekarang adalah "kristalisasi" dari bermacam-macam agama ketuhanan dan agama dewa-dewa (animisme). Ia bukan seorang animis, bukan seorang Hindu, bukan seorang Budha, bukan seorang Kristen dan bukan seorang Islam yang sejati. Indonesia menurut alam, tetapi Hindu-Arab dalam pikirannya.
4. Kegundahan (Pesimisme) Empu Sedah
Di kerajaan Daha yang kokoh lagi termashur yang diperintah oleh Raja Jayabaya, seorang yang cerdik dan pandai, lagi bijaksana, ada seorang ahli nujum yang bernama Empu Sedah, yang selalu gundah karena sangat curiga terhadap pengaruh luar negeri yang makin lama semakin besar. Dalam tulisannya disebutkan: "Sebuah revolusi di Pulau Jawa akan timbul, dipimpin oleh orang yang berkulit kuning dan akan memperoleh kemenangan buat beberapa lama". Dalam perkataan sindirannya tertulis "akan memerintah seumur jagung".
Tidakkah ramalan itu kemudian terbukti dengan kemenangan seorang Tionghoa Jawa bernama Mas Garendi yang dalam waktu yang singkat menggenggam kota Kartasura?
Di masa Empu Sedah, pengaruh bangsa Tionghoa makin lama bertambah besar.
Sudah pada tempatnya bangsa Tionghoa itu sedapat mungkin mempergunakan bangsawan Jawa sebagai alat untuk memenuhi kepentingan ekonomi mereka!
Bila maksud ini tak berhasil dengan pengaruhnya itu, adakalanya dengan jalan revolusi mereka mencoba-coba merebut pemerintahan negeri. Tetapi, supaya mereka dapat tetap memperoleh kemenangan mestilah mereka lebih kuat atau mendirikan satu kelas. Mereka haruslah menjadi anak negeri atau bercampur darah dengan bumiputra. Barulah mereka dapat menaklukkan raja dengan perantaraan kaum tani yang tidak senang itu. Karena bangsa Tionghoa dalam hal sosial tetap tinggal dalam ke Tionghoaannya dan tak memperoleh bantuan militer dari tanah air mereka, maka tak lamalah mereka sanggup mempertahankan kemenangan atas raja-raja Jawa itu.
Rupanya Empu Sedah mengerti betapa kebencian rakyat dan revolusi yang akan pecah. Sedang kekuatan nasional tak cukup kuat menahan revolusi sosial tersebut. Itulah yang menimbulkan kegundahannya.
Di Kerajaan Majapahit berdiri beberapa perusahaan batik, genteng dan kapal dengan kapital yang cukup besar. Dalam beberapa perusahaan bekerja ribuan kaum buruh. Nahkoda-nahkodanya telah ada yang dengan kapal‑kapalnya berlayar sampai ke Persia dan Tiongkok. Boleh jadi sungguh besar modalnya, malah modal orang asing. Saudagar-saudagar yang kaya di bandar-bandar seperti Ngampel, Gresik, Tuban, Lasem, Demak dan Cirebon agaknya adalah bangsa asing atau yang sudah bercampur darah dengan orang-orang Jawa. Nahkoda Dampu-Awang, menurut ceritanya yang berlebih-lebihan, mempunyai kapal yang layarnya setinggi Gunung Bonang dan kekayaannya kerapkali dijadikan ibarat, rasanya seorang Tionghoa-Jawa. Satu statistik di zaman itu tak ada pada kita! Tetapi banyak bangsa yang diam di Pulau Jawa dapat dibuktikan dengan perkataan seorang pujangga Majapahit, bernama Prapanca, "Tidak henti-hentinya manusia datang berduyun-duyun dari bermacam-macam negeri. Dari Hindia-Muka, Kamboja, Tiongkok, Annam, Campa, Karnataka, Guda dan Siam dengan kapal disertai tidak sedikit saudagar ahli-ahli agama, ulama dan pendeta Brahma yang ternama, siap datang dijamu dan suka tinggal.”
Sudah tentu, penduduk bandar-bandar yang makin lama makin maju itu merasa memperoleh rintangan dari kaum bangsawan di ibukota. Sebagaimana terjadi di negeri Eropa, penduduk bandar meminta hak politik dan ekonomi lebih banyak. Dari pertentangan antara pesisir dengan darat, perdagangan dengan pertanian, penduduk dengan pemerintah, timbullah satu revolusi yang membawa Pulau Jawa ke puncak ekonomi dan pemerintahan.
Bila bandarnya mempunyai industri dan perdagangan nasional yang kuat, niscaya Jawa akan mengalami satu revolusi sosial yang dibangkitkan, dipecahkan dan dipimpin satu revolusi sosial yang dibangkitkan, dipecahkan dan dipimpin oleh tenaga-tenaga nasional seperti terjadi di Eropa Barat, jadi revolusi borjuis terhadap feodalis.
Tetapi Jawa sesungguhnya dikungkung oleh ramalan Empu Sedah : "orang asing akan memimpin".
Seorang keturunan Hindu bernama Malik Ibrahim pada tahun 1419, dengan membawa agama yang belum dikenal orang di Pulau Jawa, datang di Gresik yang ketika itu penduduknya kebanyakan orang asing. Dengan cepat ia memperoleh pengikut. Jadi boleh dikatakan, dengan kedatangannya yang membawa agama Islam ketika itu, bumiputra bagaikan memperoleh "durian runtuh", karena ketika itu sedang berapi-api pertentangan antara penduduk pesisir dengan ibukota.
Keadaan bertambah kusut, dan pada akhirnya sampai ke puncaknya, yaitu penyerangan terhadap raja-raja yang dipimpin oleh seorang Tionghoa-Jawa, bernama Raden Patah. Dengan perbuatannya, Raden Patah menghancurkan kerajaan yang ada. Hal itu menunjukkan lagi bahwa seorang asing, dengan membawa paham baru (agama Islam) dan untuk mempertahankan kedudukan saudagar-saudagar asing di pesisir itu, berhasil menjatuhkan kerajaan bangsawan setengah Hindu. Kerajaan Demak berdiri dengan kemashurannya! Tetapi akhirnya terpecah belah oleh perang saudagar yang dinyala-nyalakan oleh orang asing yang cerdik-jahat.
Jipang bermusuhan dengan Pajang, Demak dengan Mataram. Semua perang saudara ini, besar atau kecil, untuk kepentingan bangsa asing, dalam waktu singkat berakhir dengan kemenangan seorang Tionghoa-Jawa bernama Mas Garendi.

Read More

AKSI MASSA TAN MALAKA - 1926 BAB I REVOLUSI


Revolusi itu bukan sebuah ide yang luar biasa, dan istimewa, serta bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa. Kecakapan dan sifat luar biasa dari seseorang dalam membangun revolusi, melaksanakan atau memimpinnya menuju kemenangan, tak dapat diciptakan dengan otaknya sendiri. Sebuah revolusi disebabkan oleh pergaulan hidup, suatu akibat tertentu dari tindakan-tindakan masyarakat. Atau dalam kata-kata yang dinamis, dia adalah akibat tertentu dan tak terhindarkan yang timbul dari pertentangan kelas yang kian hari kian tajam. Ketajaman pertentangan yang menimbulkan pertempuran itu ditentukan oleh pelbagai macam faktor: ekonomi, sosial, politik, dan psikologis. Semakin besar kekayaan pada satu pihak semakin beratlah kesengsaraan dan perbudakan di lain pihak. Pendeknya semakin besar jurang antara kelas yang memerintah dengan kelas yang diperintah semakin besarlah hantu revolusi. Tujuan sebuah revolusi ialah menentukan kelas mana yang akan memegang kekuasaan negeri, politik dan ekonomi, dan revolusi itu dijalankan dengan "kekerasan".
Di atas bangkai yang lama berdirilah satu kekuasaan baru yang menang. Demikianlah, masyarakat feodal didorong oleh masyarakat kapitalistis dan yang disebut lebih akhir ini sekarang berjuang mati-matian dengan masyarakat buruh yang bertujuan mencapai "satu masyarakat komunis yang tidak mempunyai kelas", lain halnya jika semua manusia yang ada sekarang musnah sama sekali tentulah terjadi proses : werden undvergehen, yakni perjuangan kelas terus-menerus hingga tercapai pergaulan hidup yang tidak mengenal kelas (menurut paham Karl Marx).
Di zaman purba waktu ilmu (wetenschap) masih muda, semua perjuangan dalam kegelapan (kelas-kelas) diterangi (dibereskan) oleh agama yang bermacam-macam; perjuangan golongan menyerupai keagamaan, umpamanya pertentangan Brahmanisme dan Budhisme, Ahriman, Zoroastria dengan Ormus (terang dengan gelap), Mosaisme dengan Israilisme, kemudian Katholisme dengan Protestanisme. Akan tetapi, pada hakikatnya semuanya itu adalah perjuangan kelas untuk kekuasaan ekonomi dan politik.
Kemudian sesudah ilmu dan percobaan menjadi lebih sempurna, sesudah manusia melemparkan sebagian atau semua "kepicikan otak" (dogma), setelah manusia menjadi cerdas dan dapat memikirkan soal pergaulan hidup, pertentangan kelas disendikan kepada pengetahuan yang nyata. Dalam perjuangan untuk keadilan dan politik, manusia tidak membutuhkan atau mencari-cari Tuhan lagi, atau ayat-ayat kitab agama, tetapi langsung menuju sebab musabab nyata yang merusakkan atau memperbaiki kehidupannya. Di seputar ini sajalah pikiran orang berkutat dan ia dinamakan cita-cita pemerintahan negeri. Kepada masalah itulah segenap keaktifan politik ditujukan.
Tatkala kehidupan masih sangat sederhana dan terutama tergantung kepada pekerjaan tangan dan pertanian, pendeknya di zaman feodal, seorang yang mempunyai darah raja-raja, biarpun bodohnya seperti kerbau, "boleh menaiki singgasana dengan pertolongan pendeta dan bangsawan", menguasai nasib berjuta-juta manusia.
Cara pemerintahan serupa itu menjadi sangat sempit tatkala teknik lebih maju dan feodalisme yang sudah bobrok itu pun merintangi kemajuan industri. Kelas baru, yaitu "borjuasi" yang menguasai cara penghasilan model baru (kapitalisme), merasa tak senang sebab ketiadaan hak-hak politik. Mereka meminta supaya pemerintahan diserahkan kepada mereka yang lebih cakap dan pemerintah boleh "diangkat" atau "diturunkan" oleh rakyat. Cita-cita politik borjuasi adalah demokrasi dan parlementarisme. Ia menuntut penghapusan sekalian hak-hak feodal dan juga menuntut penetapan sistem penghasilan dan pembagian (distribusi yang kapitalistis).
Tatkala raja dan para pendetanya tetap mempertahankan hak-haknya hancurlah mereka dalam nyala revolusi. "Revolusi borjuasi" tahun 1789 sebagai buah pertentangan yang tak mengenal lelah antara feodalisme dengan kapitalisme menjadikan negeri Prancis sebagai pelopor sekian banyak revolusi yang kemudian berturut-turut pecah di seluruh Eropa.
Nasib raja Prancis (yang digulingkan) diderita juga oleh raja Rusia yang mencoba-coba mengungkung borjuasi dan buruh dengan perantaraan kesaktian takhayul dan kekerasan di dalam sekapan feodalisme yang lapuk itu.
Cita-cita revolusioner berjalan terus tanpa mengindahkan adanya pukulan, peluru dan siksaan yang tak terlukiskan walaupun dengan pena pujangga Dostoyevsky. Di dalam gua-gua yang gelap, di dalam tambang-tambang di Siberia, di dalam penjara yang mesum, dingin dan sempit itu, angan-angan dan kemauan revolusioner memperoleh pelajaran yang tak ternilai. Kerajaan, gereja dan Duma (parlemen di Rusia) dalam waktu yang singkat habis disapu oleh gelombang revolusioner yang tak terbendung. Dalam revolusi buruh bulan November 1917 kelihatan bahwa kelas buruh mempunyai kekuatan dan kemauan yang melebihi borjuasi.
Raja Inggris, George III, yang tak mengindahkan riwayat negerinya sendiri menyangka bahwa armada yang kuat dan kebesaran kekayaannya dapat merintangi tumbuhnya kesosialan. Bangsa Amerika Utara dengan tak mengindahkan jumlahnya yang kecil, kurangnya pengalaman dalam soal penerangan, uang dan lain-lain alat material, dapat mencapai kemerdekaannya sesudah mengadakan perlawanan habis-habisan yang tak kenal lelah itu.
Baru setelah kungkungan ekonomi dan politik berhasil diputuskan dari imperialisme Inggris, dapatlah Amerika Utara melangkah menuju kekayaan kekuasaan dan kebudayaan yang sungguh tiada dua dalam riwayatnya.
Seandainya ia belum dua kali menceburkan diri kedalam revolusi (pada tahun 1860), Amerika Utara tak akan dikenal dunia selain sebagai Australia dan Kanada.
Revolusi sosial bukanlah semata-mata terbatas di Eropa saja, tetapi merupakan kejadian umum yang tidak bergantung kepada negeri dan bangsa. Tidakkah Jepang 60 tahun yang lalu (1868) menghancurkan sekalian hak-hak feodal dengan perantaraan revolusi? Sesudah kejadian itu, lenyaplah Kerajaan Matahari Terbit.
Pendeknya dengan jalan revolusi dan perang kemerdekaan nasionallah (yang dapat dimasukkan dalam revolusi sosial!), maka sekalian negeri besar dan modern tanpa kecuali, melepaskan diri dari kungkungan kelas dan penjajahan.
Revolusi bukan saja menghukum sekalian perbuatan ganas, menentang kecurangan dan kelaliman, tetapi juga mencapai segenap perbaikan dari kecelaan.
Di dalam masa revolusilah tercapai puncak kekuatan moral, terlahir kecerdasan pikiran dan teraih segenap kemampuan untuk mendirikan masyarakat baru.
Satu kelas dari suatu bangsa yang tidak mampu mengenyahkan peraturan-peraturan kolot serta perbudakan melalui revolusi, niscaya musnah atau terkutuk menjadi budak abadi.
Revolusi adalah mencipta!

Read More

FB Comment

 

©2009CATATAN KECILKU | by TNB